Singaraja – Selasa, 4 November 2025, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Filsafat Hindu IAHN Mpu Kuturan Singaraja menyelenggarakan kegiatan DIALEKTIKA (Diskusi Akademis Ilmiah dan Beretika) bertempat di Aula Rektorat Kampus. Kegiatan ini mengangkat tema “Kesadaran Ekologis Sebagai Jalan Filsafat Menghadapi Bencana Alam” dan diikuti sekitar 80 peserta yang terdiri dari mahasiswa Prodi Filsafat Hindu serta perwakilan dari masing-masing program studi.
Dalam sambutannya, Plt. Kaprodi Filsafat Hindu, Dr. I Made Gami Sandi Untara, S.Fil.H., M.Ag, menegaskan bahwa kegiatan DIALEKTIKA bukan hanya forum diskusi biasa, namun merupakan ruang pembentukan cara berpikir kritis, rasional, dan beretika. Ia mengaitkan diskusi ini dengan konsep dialektika filsuf besar Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel.

“Menurut Hegel, dialektika bukan hanya cara berdebat, tetapi cara berpikir dan cara hidup yang bergerak melalui perbedaan dan pertentangan. Ada tesis, lalu muncul antitesis, dan akhirnya melahirkan sintesis, sebuah pandangan baru yang lebih matang,” ungkapnya. Ia menekankan bahwa kebenaran tidak berhenti pada satu titik, tetapi berkembang melalui dialog dan keberanian mendengar sudut pandang berbeda.
Kegiatan ini menghadirkan narasumber Dr. Ni Kadek Surpi, Dosen Fakultas Brahma Widya Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Ia merupakan penulis produktif yang telah menghasilkan lebih dari 20 buku dalam bidang agama, filsafat, sejarah, dan sosial budaya. Dalam penyampaian materinya, Dr. Surpi menekankan bahwa diskursus dan dialektika adalah fondasi lahirnya kemampuan berpikir reflektif pada mahasiswa.
Menurutnya, diskursus bukan sekadar tukar pendapat, tetapi mengandung struktur makna dan kekuasaan, sehingga mahasiswa perlu menyadari posisi epistemiknya dalam memandang realitas. Sementara dialektika melatih cara berdialog, menguji argumen, dan menemukan kebenaran melalui penalaran rasional. Ia juga menegaskan bahwa tradisi filsafat Hindu telah lama mengenalkan pola berpikir kritis semacam ini melalui Ānvīkṣikī, Tarka Vāda, Vāda, dan Saṃvāda.
“Integrasi diskursus dan dialektika menjadikan pembelajaran bukan hanya transfer pengetahuan, tetapi transformasi intelektual. Mahasiswa belajar berani berargumen, berpikir dewasa, dan memiliki kesadaran analitis,” ujarnya.
Setelah sesi materi dan motivasi, kegiatan dilanjutkan dengan debat pro dan kontra antar kelompok, dipandu langsung oleh narasumber. Para peserta terlihat antusias menyampaikan argumentasi, menanggapi pandangan lawan debat, dan menguji logika masing-masing gagasan secara ilmiah.
Melalui kegiatan ini, HIMA Filsafat Hindu berharap budaya berdiskusi secara intelektual dan beretika semakin tumbuh di lingkungan kampus, sekaligus menumbuhkan kesadaran ekologis sebagai tanggung jawab filosofis menghadapi persoalan bencana alam.